Beberapa waktu lalu, saya menonton
sebuah acara di televisi berisi ceramah singkat dari ustadz favorit saya, Yusuf
Mansyur, yang membahas mengenai kekuatan doa. Ust.Yusuf Mansyur menceritakan
banyak kisah yang menggambarkan betapa besarnya pengaruh doa dalam kehidupan
kita. Bahkan, ketika kita sedang terjebak hujan sehingga tidak bisa keluar dari
sebuah gedung, berdoalah kepada Allah, meminta kepadaNya untuk sejenak
menghentikan hujan. Allah Maha Berkuasa, maka menghentikan hujan adalah sebuah
hal yang sangat mudah bagiNya. Jika kita meyakini Kekuasaan Allah, mengapa kita
jarang sekali meminta kepadaNya?
Sesaat setelah menonton acara
tersebut saya menjadi tersadar, betapa sedikitnya doa yang saya panjatkan
kepadaNya padahal keinginan yang ada di dalam hati saya begitu menggunung.
Betapa ruginya saya, melewatkan waktu-waktu yang dianugerahkan olehNya tanpa
berdoa kepadaNya. Akhirnya, saya bertekad untuk memperbanyak doa saya
kepadaNya. Besok adalah hari kerja saya di bagian klinik anak. Di klinik anak
ini, cobaan demi cobaan sudah pernah kami lewati sebagai koas. Mulai dari
kondisi anak yang terkadang 'ogah-ogahan' untuk dirawat, dosen-dosen yang cukup
perfeksionis dalam meng-acc hasil pekerjaan kami dan kondisi alat bahan yang
kurang memadai. Perawatan yang sudah direncanakan di hari sebelumnya terkadang
tidak bisa terpenuhi seluruhnya, bisa jadi hanya 50% saja atau bahkan bisa
gagal sama sekali jika tiba-tiba sang anak tidak mau datang ke klinik. Untuk
mewujudkan tekad saya, maka saya berdoa kepada Sang Maha Kuasa agar besok,
seluruh rencana perawatan saya dapat terlaksana.
Besok paginya, saya terpaksa
menggunakan taksi ke kampus karena tidak ada yang bisa mengantar. Mengingat
kondisi jalanan Jakarta yang selalu macet, saya tidak berani mengambil resiko
untuk pergi ke kampus menggunakan busway. Di dalam taksi, pak supir menanyakan
kepada saya mengenai rute yang saya pilih untuk ke kampus. Biasanya saya lewat
Tanah Abang untuk menghindari kemacetan di Sudirman. Walaupun di Tanah Abang
juga sedikit padat, namun setidaknya tidak sepadat jalanan Sudirman.
Alhamdulillah, pagi itu, jalanan Jakarta bisa dikatakan sangat lancar, pak
supir taksi juga berpikiran hal yang sama dengan saya.
"Alhamdulillah lancar ya mbak,
doa saya dikabulkan Allah ini"
"iya pak, alhamdulillah"
"beneran lho mba, saya beneran
berdoa tadi pagi. Sebelum ke Jakarta ini, saya cuma muter-muter di
Tangerang-Bandara aja mbak, cuma dapet sedikit setorannya, trus saya berdoa,
semoga setelah ini saya dapet penumpang ke jakarta, tapi jalanannya yang
lancar, abis itu saya bisa pulang ke rumah. Eh, saya beneran ke Jakarta dan
jalanannya lancar ini mbak. Jarang-jarang Jakarta bisa lancar begini."
Subhanallah, baru saja kemarin
malam, saya mendengar kisah mengenai kekuatan doa dari acara televisi dan
sekarang saya bisa mendengarkannya langsung dari orang yang bersangkutan.
Akhirnya, saya tiba di kampus pukul
8 dan berencana untuk mulai bekerja di pukul 8.30-11. Kenyataannya, hari itu,
saya bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 1 siang, mengerjakan dua pasien anak
dengan berbagai hambatan, mulai dari anak yang datang terlambat, diskusi
mendadak dengan dosen dan alat kedokteran gigi ( mikromotor ) saya yang
dipinjam oleh teman dan sedikit menghambat pekerjaan saya. Tapi, dari semua
hambatan yang saya hadapi di hari itu, ada sebuah hal penting yang membuat
jerih payah saya terbayar dengan lunas. Alhamdulillah, semua target rencana
perawatan saya di hari itu terlaksana.
Sebenarnya, hambatan-hambatan yang
saya hadapi di hari itu hampir membuat saya memulangkan pasien kedua saya
karena tidak memungkinkan untuk saya rawat (karena masalah waktu), tapi saya
mencoba untuk tetap mengerjakannya. Dengan pertolongan dari Allah melalui teman
dan situasi klinik yang cukup membantu saya, akhirnya saya berhasil mengerjakan
dua pasien di hari itu dengan target perawatan yang berhasil saya capai.
Alhamdulillah, terima kasih banyak ya Allah. Hari ini, walaupun dihadapi dengan
beberapa hambatan, akhirnya rencana perawatan yang sudah saya susun sebelumnya
bisa terlaksana seluruhnya.
Tidak ada yang kebetulan di dunia
ini, semuanya telah ditentukan oleh Sang Pencipta. Mulai dari acara televisi
mengenai kekuatan doa yang saya tonton tadi malam, pengalaman supir taksi tadi
pagi, sampai keberhasilan saya mencapai target perawatan di klinik siang
ini, semuanya benar-benar menunjukkan kepada saya bahwa doa sangat berperan
dalam kehidupan kita. Inilah kekuatan doa, inilah Kekuasaan Allah.
SAKARATUL MAUT ORANG-ORANG YANG BERTAQWA
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Allahumma Amin.
SAKARATUL MAUT ORANG-ORANG DZALIM
Imam Ghozali mengutip sebuah
riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah
Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang dzalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar
berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan
satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang
wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh
lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah
menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik
paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh
(yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita
ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah
yang terbuat dari timah keras.Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS Al-An’am 6:93)
“(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir di tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik!“ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang dzalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT SAKARATUL MAUT
Sabda Rasulullah SAW: “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW;
Ka’b al-Ahbar berpendapat: “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat: “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia,” kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku!”
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kedzaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah.
Wallahu a’lam bis shawab.
KEMATIAN MENURUT AL QUR’AN DAN HADITS
“Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS, Al-Munafiqun,
KETIKA ALLAH SWT MENJAWAB KELUHAN KITA
Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin…..”
Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82)
Ketika kita mengeluh : “Capek banget gw….”
Allah menjawab : “…dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9)
Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya…”
Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)
Ketika kita mengeluh : “Stressss nih…Panik…”
Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ra’d :28)
Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh… ini mah semua bakal sia-sia..”
Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7)
Ketika kita mengeluh : “Gile aje..gw sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin…”
Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60)
Ketika kita mengeluh : “ Duh..sedih banget deh gw…”
Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:. (QS. At-Taubah :40)
ketika kita mengeluh : “ampuuun kenapa sih susah amat nih kerjaan…”
Allah menjawab : “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Alam Nasyrah;6-7)
Ayo broadcast ke teman2 kita smua yg mulai galau atas perhatian Allah yg serasa jauh dari kita padahal sebaliknya Allah dekat selalu (QS. Al-Baqarah 186)
Semoga Bermanfaat…
No comments:
Post a Comment